Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

Kultwit @salimafillah #BenahiDiri

Kultwit Salim A Fillah @salimafillah #BenahiDiri

3 April 2011

(1) Jangan Marah! Sebab kemarahan mempertunjukkan semua kejelekan lahir & batin yang bisa disembunyikan dengan keramahan.

(2) Jangan Dengki! Sebab hasad itu menyengsarakan kita saat orang lain bahagia, dan mengajak ke neraka saat orang lain berduka.

(3) Jangan Bergunjing! Sebab gunjingan memakan pahala seperti api hanguskan kayu, menghimpun dosa seperti magnet menarik besi.

(4) Jangan Merendahkan! Sebab hinaan menjatuhkan yang mencela, menaikkan derajat yang dijelekkan, dan melalaikan dari perbaikan.

(5) Jangan Menunda! ‘Amal yang tak dikerjakan hari ini takkan tertampung oleh esok hari nan memiliki hak ibadahnya sendiri.

(6) Jangan Mengeluh! Sebab mengeluh -apalagi pada nan tak berdaya- ialah cara termudah membuat kelam setitik jadi gelap semesta.

(7) Jangan Menghakimi! Sebab itu merumitkan urusan saat kita jadi terdakwa di akhirat! Sebab tugas kita menjadi penyeru & saksi!

(8) Jangan Mengungkit! Sebab bahkan selaksa pemberian menggunung yang diungkit, kalah nilai dari wajah cerah dan senyum manis.

(9) Jangan Berdusta! Sebab dusta adalah candu menyakitkan, dan parahmya, ia membuka semua pintu keburukan yang lebih besar!

(10) Jangan takjubi ‘amal diri! Bahkan dosa yang membawakan taubat jauh lebih baik daripada ibadah yang melahirkan kesombongan!

(11) Jangan Berdebat! Semua perbantahan YANG TAK LAHIRKAN AMAL melemahkan daya, menghabiskan waktu, batalkan jatah rumah surga.

(12) Jangan Keras Hati & Kasar Sikap! Bahkan ahli kebenaran yang tak santun menghancurkan rasa hormat insan pada kebenaran itu.

(16) Jangan Malas! Sebab sebagaimana rizqi kita takkan salah alamat, ‘amal kita juga takkan diambil alih orang lain.

(13) Jangan Mempersulit! Agama adalah kemudahan untuk menjamin selamatnya insan sampai tujuan. Siapa mempersulit, pasti kalah.

(14) Jangan Mendendam! Sebab itu bagai menenggak racun ke kerongkongan sendiri, lalu berharap orang lain yang mati. Maafkanlah;)

(15) Jangan Putus Asa! Sebab ia kunci mati bagi segala kemungkinan baik nan berjuta. Allah itu memberi segaris sangka hambaNya.

(16) Jangan Malas! Sebab sebagaimana rizqi kita takkan salah alamat, ‘amal kita juga takkan diambil alih orang lain.

(17) Jangan Lari dari Masalah! Tugas kita meng-HADAP-i, lalu biarlah Allah yang meng-ATAS-i

(18) Jangan Kikir! Harta sampai ke surga sebab dititipkan pada nan membutuhkan. Tak pernah ada yang miskin tersebab sedekahnya.

(19) Jangan Serakah! Zuhudlah akan apa yang dimiliki manusia, mereka kan cintai kita. Zuhudlah pada dunia, pasti dirindu surga.

(20) Jangan Remehkan Sekecil Apapun Kebaikan! Amalan sederhana yang dilestarikan memikat cintaNya, jadi titian lancar ke surga.

(21) Jangan Abai Sekecil Apapun Dosa! Tidaklah kecil jika terus dilakukan. Tiada nan kecil kalau mengkhianati Dzat Maha Besar.

(22) Jangan Menganggur! Tak mengerjakan apapun, baik tuk dunia maupun akhirat ialah pemandangan menyedihkan bagi langit & bumi.

(23) Jangan Zhalim! Setiap kezhaliman membunuh rasa tenteram di hati pelakunya, membuat manusia benci, & menjauhkan dari surga.

(24) Jangan Bosan Berdoa! Allah Maha Tahu, maka berdoa bukan cara memberi tahuNya apa nan kita butuhkan. Doa itu bercakap mesra.

(25) Jangan Khianati Nurani! Tiap saat dia bisikkan kebenaran. Mengikutinya kadang jadi tersunyi, tapi dibersamai senyum Ilahi.

(26) Jangan Takut Gagal! Jalan kegagalan dan keberhasilan itu sama. Hanya terkadang, alamat kesuksesan agak lebih ujung.

(27) Jangan Sembarang Makan! Setiap yang haram & tak suci merusak tubuh, menumbuhkan umpan neraka, menghalangi sampainya doa.

28. Jangan bangga & lena atas pujian. Hanya sedikit pelajaran darinya. Mengharapkannya adalah tanda kurangnya kebaikan kita.

29. Jangan takut & lemah oleh celaan. Banyak pelajaran darinya. Mengkhawatirkannya ialah tanda terlalu banyak keburukan di jiwa.

30. Jangan terlibat dalam hal nan tak bermanfaat bagi diri & sesama, atau tak bermakna bagi jiwa. Itu tanda kebaikan Islam kita.

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Futsal..futsal..futsal..

Pemakaian yang berlebihan akan bisa membuat tubuh anda pegal, kepala pusing, dan memar-memar.

Benda apakah itu?

SEPATU FUTSAL!!

yup, jika anda memakai sepatu futsal berlebihan, dan berolahraga futsal keseringan (saya menyebut “berolahraga” bukan “bermain” supaya lebih jelas tujuan utamanya :D) bisa membuat anda merasakan hal-hal tersebut di atas. Hehe…

Tapi tetap saja, terus terang, saya tidak kuat untuk menolaknya.. haha..

Bagi orang-orang yang tidak menyukai futsal ataupun sepakbola, biasanya ngomong gini,” Ngapain sih bola satu dikejar-kejar? trus, kalo dah dapet, ditendang trus dikejar lagi, mending beli aja bola sendiri-sendiri, kan beres”. hahaha… Lha? dimana serunya kalo dah punya bola masing-masing? mending pulang aja.. 😛

Terlepas dari pro-kontra tadi (halah), sebenarnya futsal atau berbagai olahraga lain harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berbagai kepentingan B-)

1. Olahraga
Tentu saja ini adalah tujuan utama. Biar badan bergerak, biar otot-otot meregang, biar jantung berdetak, biar keringat mengalir…
2. Silaturrahim
Karena sebagian orang sangat bersemangat datang futsal, kadang hanya pada saat futsal-lah bisa bertemu dengan mereka (saya maksudnya… :P). So, tentu saja jadi ajang silaturrahim dan berkenalan dengan orang baru.
3. Memperkuat teamwork
Dalam futsal, kita bisa tau kemampuan seseorang, kecepatan larinya, visinya, sehingga akhirnya kita tau bola umpan seperti apa yang terbaik untuknya dan lahirlah teamwork yang solid. Silahkan analogikan sendiri ke dalam bentuk teamwork lain.. 😀
4. Mendekatkan hubungan, mengenal lebih jauh
Futsal membuat hubungan jadi lebih dekat, lupa akan jurusan yang berbeda, lupa dengan angkatan yang tak sama, tidak mempermasalahkan dengan asal yang beraneka. Tapi bisa juga dijadikan sebagai “alasan” untuk mengenal orang lebih jauh, sambil ngobrol, nanya2 asal, hobby, dll
5. Ice breaker
Hal-hal yang terjadi dalam futsal bisa menghilangkan kekakuan. Ketawa kalau ada yang lucu, salaman kalo ga sengaja melanggar dan banyak hal lainnya.
6. Meningkatkan daya juang
Tanpa disadari, ketika “nafsu” sudah menguasai pada saat futsal, maka daya juang akan meningkat dengan sendirinya. Kemanapun bola dikejar, tak peduli sejago apapun lawannya. Hehe
7. Sportifitas dan fair play
Sportif dan fair adalah dua kata yang sangat bisa dipakai dalam kehidupan. Kita berlatih untuk berjalan di dalam aturanNya, dan besar hati mengakui kelebihan orang lain. Tetap mengutamakan persaudaraan.


Mungkin ada beberapa hal negatif yang tetap harus “diwaspadai”. Misal, “daya juang” yang berlebihan akan membuat kita melupakan sportifitas dan ukhuwah, maka kendalikanlah emosi, atau bahkan ada yang lupa waktu karena pertandingan yang bertepatan dengan waktu shalat, hati-hatilah.

Di atas semuanya, niatkanlah segala kebaikan sebagai ibadah kepadaNya. Sehingga apapun yang kita lakukan tidak menjadi seperti buih di lautan.

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Objektif (lagi)

saya dari dulu selalu berusaha obejktif

So, ketika ada kabar kalo Osama/Usamah tewas.. teteup berusaha objektif…

1. Objektif, kalo Islam itu cinta kedamaian, maka aksi terorisme tidak bisa dibenarkan apapun alasannya.

2. Objektif, kalau konspirasi itu mungkin saja ada dimana-mana.

3. Objektif, jika para mujahid itu benar2 berjuang dengan cara-cara Allah, maka Allah-lah yang akan membalas dengan syurga-Nya.

4. Objektif, jika pemerintah amerika sebagian ada yang membenci Islam dan mendukung yahudi, bencilah hanya mereka saja. Karena Amerika itu bukan HANYA terdiri dari orang-orang yang memusuhi Islam, ada saudara2 seiman kita dan dan ada juga orang-orang yang bersimpati terhadap Islam.

5. Objektif bahwa kebenaran itu hanya dari Allah, so kritislah dengan santun.. 😀

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Media’s negativity

Media sebagian besar menampilkan berita negatif, kejelekan, perkelahian, tawuran, kerusuhan. Karena memang mindset masyarakat kita juga masih “senang” dengan berita2 semacam itu. Kenapa kata “senang” nya ada dalam tanda kutip? Karena bila ditanyakan ke masing-masing orang, pasti tidak akan ada yang setuju dengan kekerasan.

Tapi mindset otaknya membuat rasa ingin tahu yang begitu tinggi ketika ada berita-berita semacam itu, tanpa sadar ia terus menonton acara tersebut dan otomatis rating si tv jadi naik.

Hari gini sih, tayangan TV masih belum berdasarkan atas kebutuhan si penonton, tapi berdasarkan kesukaan, atau ketertarikan para pemirsa. Tayangan apapun selama menarik penonton, akan ditayangkan tanpa ampun.
Nah, makanya sebagai penonton, kalau tidak bisa menghentikan menonton tv (seperti saya :D), mulailah selektif dalam memilih tayangan televisi, kurangi juga jam nonton nya. Pilih tayangan-tayangan yang bermanfaat (Kalo live bola, bermanfaat kan ya? *maksa :D).

Semoga dengan berkurangnya pemirsa dari acara-acara yang tidak bermanfaat, dengan sendirinya acara-acara tersebut akan berganti dengan yang lebih baik.

Kalo ngga mau pake cara itu,

ya… siapin duit aja buat beli stasiun tv,

trus atur deh acara2 di dalamnya 😀


	
Posted in Hikam, Lesson, My angle

Dakwah = Dagang ?

Dakwah itu ibarat dagang

Kadang,

Memperdagangkan sesuatu yang baik sekalipun,

belum tentu semua orang suka dan mau membeli.

Kemasan bisa menjadi faktor penting dalam menarik pembeli.

Berlian, jika dikemas di dalam lumpur tentu saja akan terlihat kurang menarik.

Tiap pedagang punya cara mengemas yang beraneka-ragam.

Pembelinya juga tentu saja mempunyai ketertarikan yang berbeda.

Tak ada gunanya menjelek-jelekan pedagang lain,

padahal barang dagangannya sama.

Silahkan berlomba mengemas dengan cara masing-masing,

dan biarkanlah si pembeli memilih kemasan yang paling disukainya.

Kemaslah seindah mungkin, sampai cahaya si berlian memancar maksimal

tapi cukuplah bersaing dalam kemasan dan kebaikan.

Karena dunia ini BUKAN hanya terdiri dari satu jalan kebaikan dan sisanya jalan keburukan.

Karena manusia BUKAN hanya terdiri dari satu pedagang dan sisanya pencuri.

Karena surga itu tidak hanya punya satu pintu.

Dan Allah-lah Yang Maha Mengetahui segalanya…

Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

Bangkit itu susah………

> Bangkit itu susah.........
> Susah melihat orang lain susah
> Senang melihat orang lain senang

> Bangkit itu Takut.........
> Takut untuk Korupsi
> Takut untuk makan yang bukan haknya

> Bangkit itu malu..........
> Malu menjadi benalu
> Malu minta-minta melulu

> Bangkit itu Marah.........
> Marah bila martabat bangsa dilecehkan

> Bangkit itu Mencuri.......
> Mencuri perhatian dunia dengan prestasi

> Bangkit itu Tidak ada.....
> Tidak ada kata menyerah
> Tidak ada kata putus asa

> Bangkit itu aku...........
> aku untuk INDONESIAKU

Deddy Mizwar
Posted in Islam, Lesson, Re-Post

Dari Gelap kepada Cahaya Vs Habis Gelap Terbitlah Terang

Surfing artikel tentang kartini, eh ketemu yang ini, luarbiasa! Walaupun artikel ini di-post lebih dari 10 tahun yang lalu, tapi masih butuh dihayati kembali.  Enjoy!

IBU KITA KARTINI DAN ISLAM. MINAZZULUMATI ILANNUR

Selasa, 30 November 1999 00:00

Waktu SMP dulu saya pernah membaca buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang berisi kumpulan surat-surat Kartini (sekarang buku itu entah dimana L). Meski dulu saya belum begitu faham benar dengan isi buku itu, ada beberapa isi surat yang waktu itu agak ‘mengganggu’ pikiran saya ketika Kartini bersinggungan dengan Islam.
Saya baru-baru ini mendapati beberapa posting yang membahas surat-surat itu serta transformasi spiritual Kartini, saya coba sarikan.

Persinggungan awal Kartini dengan Islam dapat dibaca dari surat-surat berikut:

“Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella?” [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]

“Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902]

Untuk ukuran seorang perempuan dan ukuran zaman itu (bahkan ukuran zaman sekarang sekalipun) pendapat Kartini ini benar-benar sangat kritis dan sangat berani.

Suatu ketika, takdir membawa Kartini pada suatu pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang juga adalah pamannya. Pengajian dibawakan oleh seorang ulama bernama Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar(atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertarik sekali dengan materi yang disampaikan (ini dapat dipahami mengingat selama ini Kartini hanya membaca dan menghafal Quran tanpa tahu maknanya). Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Berikut ini dialog-nya (ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat).

“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?”
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?”. Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Setelah pertemuan itu nampaknya Kyai Sholeh Darat tergugah hatinya. Beliau kemudian mulai menuliskan terjemah Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada pernikahan Kartini , Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang, tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa.

Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALLAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari kegelisahan dan pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah (how amazing…).
Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. (Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda adalah “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah “Habis Gelap Terbitlah Terang”).

Nampaknya masa-masa ini terjadi transformasi spiritual bagi Kartini. Pandangan Kartini tentang Barat-pun mulai berubah, setelah sekian lama sebelumnya dia terkagum dengan budaya Eropa yang menurutnya lebih maju dan serangkaian pertanyaan-pertanyaan besarnya terhadap tradisi dan agamanya sendiri.
Ini tercermin dalam salah satu suratnya;

“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]

“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan” (surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 10 Juni 1902)

Kartini juga menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :

“Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? …. Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?” [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]

Bahkan Kartini bertekad untuk berupaya untuk memperbaiki citra Islam yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini menyatakan :

“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902].

Di surat-surat lain :

“Astaghfirullah, alangkah jauhnya saya menyimpang” (Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 5 Maret 1902)

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdulloh).” (Surat Kartini kepada Ny. Abandanon, 1 Agustus 1903)

“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Alloh, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan.” (surat Kartini kepada Nyonya Abandanon, 1 Agustus 1903)

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia punm ia sebenar-benarnya bebas” (Surat kepada Ny. Ovink, Oktober 1900)

Sumber:

  1. BimasIslam Kemenag
  2. pkspiyungan
Posted in Islam, Lesson, Re-Post

10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga

Wednesday, 02 September 2009 13:25 usamah

Setiap orang pasti ingin masuk surga. Namun, tidak mudah untuk meraihnya. Tak cukup hanya mengaku sebagai Muslim, butuh ketaatan dan pengorbanan

Hidayatullah.com–Lihatlah bagaimana sikap itu ditunjukkan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW). Tidak hanya harta, jiwa dan raga pun rela mereka persembahkan untuk kejayaan Islam.

Dari sekian banyak sahabat Nabi, ada sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu (RA) adalah khalifah pertama, setelah Nabi wafat. Ia sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah, kemanapun Nabi pergi, ia selalu menyertainya. Termasuk saat Rasul dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh dengan risiko.

Sejak remaja, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi. Ia juga orang pertama yang memeluk Islam. Tidaklah sulit baginya untuk mempercayai ajaran Islam, karena tahu betul keagungan akhlak Rasulullah.

Demikian juga saat Nabi menyampaikan peristiwa Isra Mi’raj. Abu Bakarlah sahabat yang pertama kali membenarkan peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, ia diberi gelar oleh Rasulullah yakni Ash-Shiddiq (yang benar, jujur, dan membenarkan).

Abu Bakar wafat dalam usia 63 tahun (13 Hijriah). Ia dikebumikan di Madinah bersebelahan dengan makam Rasulullah. Ia diriwayatkan 142 Hadits.

2. ‘Umar bin Khattab

‘Umar bin Khaththab RA adalah khalifah kedua. Ia termasuk sahabat yang sangat dikasihi oleh Nabi. Sebelum masuk Islam, ia dikenal sebagai sosok yang jago gulat dan gemar mabuk-mabukan. Seluruh penduduk Makkah merasa takut kepadanya.

’Umar memeluk Islam setelah mendengar surat Thoha yang dibacakan saudara perempuannya. Ia sangat keras dalam membela agama Allah. Ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraisy terhadap diri Nabi dan sahabat.

Saat ’Umar diangkat menjadi khalifah, daerah kekuasaan Islam bertambah. Kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukan dalam kurun waktu satu tahun (636-637 M). Pemimpin yang sederhana dan peduli para rakyatnya ini, wafat setelah dibunuh Abu Lukluk saat hendak memimpin shalat ( 23 H/644 M). Ia dimakamkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah.

3. ‘Utsman bin Affan

‘Utsman bin Affan RA adalah khalifah Islam ketiga. Pada saat kepemimpinannya, ia berhasil mengumpulkan wahyu, dan menyusunnya dalam bentuk mushaf Al- Qur’an.

’Utsman masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar As-Siddiq. Ia mendapat gelar Dzun Nur ’Ain (Pemilik Dua Cahaya), karena menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.

’Utsman dikenal sebagai saudagar kaya dan dermawan. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Saat berkecamuk perang Tabuk, ’Utsman menyumbang lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000. Usman Wafat pada tahun 35H atau 655M.

4. ‘Ali bin Abi Thalib

‘Ali bin Abi Thalib RA dilahirkan di Makkah tahun 598 Masehi. Suami dari putri Nabi, Fatimah, ini merupakan orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Sebagian meriwayatkan saat itu usianya 10 tahun.

’Ali terkenal orang yang sangat berani, ahli siasat perang, dan cerdas. Pada saat peristiwa hijrah, ’Ali tidur di atas tempat tidur Rasulullah. Sehingga, para tentara Quraisy yang mengepung rumah Nabi, mengira Nabi masih berada di dalam rumah.

’Ali wafat pada tahun 40 Hijriyah, setelah ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang beracun setelah shalat Shubuh. Ia meninggal dalam usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 4 tahun 9 bulan. Beliau dimakamkan di Kufah, Irak.

5. Thalhah bin Abdullah

Thalhah bin ’Abdullah dikenal sebagai salah satu konsultan Rasulullah. Ia berasal dari suku Quraisy.

Saat berkecamuk perang Uhud, Thalhah ikut serta. Di arena tersebut ia menderita luka parah. Dia menjadikan dirinya sebuah perisai bagi Rasulullah dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Nabi dengan tangannya. Sehingga semua jari-jarinya putus.
Thalhah wafat pada 36 H atau 656 M. Ia Syahid saat mengikuti perang Jamal.

6. Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwan termasuk golongan yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Usianya saat itu baru 15 tahun.

Pembelaannya terhadap Islam begitu nyata, Zubair tidak pernah absen dalam berbagai petempuran bersama kaum muslimin. Ia selalu berada di garda depan saat jihad dikumandangkan. Sekujur tubuhnya terdapat luka dari hasil peperangan.
Ia sangat dicintai Rasulullah. Saat terjadi perseturuan di antara kaum muslimin, Zubair tidak sedikit pun memihak yang berseteru. Ia malah berusaha menyatukannya.

Zubair ditikam ketika sedang menghadap Allah, ia wafat pada tahun 36H atau 656M.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas

Sa’ad bin Abi Waqqas memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan pastilah tepat sasaran. Hampir seluruh peperangan ia ikuti.
Saat awal memeluk Islam, ibunya mengancam mogok makan dan minum. Dengan harapan, Sa’ad kembali ke ajaran nenek moyang. Namun, hampir sang ibu menemui ajal, ancaman itu dihiraukannya. Ia tidak menjual keyakinannya dengan apa pun, nyawa ibunya sekalipun.

Saat periode Khalifah Umar bin Khattab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur militer di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara.
Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 675M). Ia dimakamkan ditanah Baqi’

8. Sa’id bin Zaid

Sa’id adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk Islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti Al-Khaththab, adik perempuan ‘Umar bin Khaththab. Sa’id membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmat kepada Islam. Ketika memeluk Islam usianya belum genap 20 tahun.

Sa’id turut berperang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut singgasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah untuk memata-matai aktivitas musuh.
Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M), dan dimakamkan di Baqi’, Madinah.

9. ‘Abdurrahman bin ‘Auf

Abdurrahman bin ’Auf juga termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia di antara sahabat Rasul yang memiliki harta berlimpah. Selurah hartanya itu ia peroleh melalui perniagaan.

Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat bersedekahnya semakin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan menegakkan Islam.
Abdurrahman sempat berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Ia wafat pada umur 72 tahun (32H/652M) dan dimakamkan di baqi’.

10.Abu ‘Ubaidah bin Jarrah

Rasulullah pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah,” begitu kata Rasulullah. Abu Ubaidah orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku.

Abu Ubaidah masuk Islam melalui perantara Abu Bakar As-Shiddiq diawal kerasulan Muhammad. Ia beberapa kali dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M. [Ibnu Syafa’at/SAHID/www.hidayatullah.com]

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Real family or…?

Badai menerpa sebuah rumah asri, rumah yang biasanya damai dan membuat penghuninya terlena. Rumah tersebut luluh lantak, perabotan dan material bangunan berserakan dimana-mana. Penghuni rumah banyak yang terluka, bahkan jadi korban.

Badai ini sebenarnya hanya gejala alam biasa. Namun Karena baru kali ini menghantam rumah tersebut, dampaknya cukup terasa.

Kemudian, apa yang terjadi selanjutnya?

Perbaikan diinisiasi. Pemimpin keluarga mengomandoi prosesnya. Anggota keluarga yang optimis setia akan bergotong-royong memperbaiki rumah. Mungkin ada yang cerewet, ada yang menggerutu, tapi tetap berusaha membantu sekuat tenaga. Yang pesimis akan kabur dari rumah dan mencari rumah baru, bahkan ada yang melempari rumahnya sendiri karena kecewa dan tidak setuju dengan cara pembangunan rumah.

Tetangga dan teman yang bersimpati akan membantu. Yang cuek hanya akan sekedar lewat. Yang kritis akan mengkritik dan menyalahkan proses pembangunan dan cara perawatan rumah. Dan tetangga yang tidak suka atau bahkan benci akan tertawa kesenangan melihat kehancuran tersebut.

Dimanakah posisi favorit kita? 😀

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Supir angkot menyebalkan??????

from facebook note by Yandri Mahaldy Z on Wednesday, November 25, 2009 at 7:25am

sumber

Bagi pemilik kendaraan bermotor, mau mobil atau motor, salah satu hal yang biasanya menyulut emosi di jalanan adalah angkot yang suka berhenti sembarangan. Kalau tidak hati-hati di belakang angkot, bisa-bisa ngerem mendadak atau bahkan tabrakan. hmmm

Tapi apa sih sebenarnya yang membuat hal tersebut terjadi? Apa benar ini murni kesalahan si supir?

Oke lah, pertama memang “the man behind the wheels”, mental si supir untuk mengejar setoran sebanyak2nya menghasilkan manuver2 luar biasa layaknya “Lewis Hamilton” dengan sirkuit jalan raya. Masalahnya korbannya adalah para pengguna jalan yang tidak “bercita-cita” menjadi pembalap formula 1.

Faktor di atas masih bersifat subjektif, karena saya belum pernah jadi supir angkot. Tapi setelah dilihat dengan mata lebih terbuka, ada beberapa penyebab lagi yang membuat hal tersebut terjadi.

Penumpang angkot. Para penumpang angkot sebenarnya juga menjadi faktor penting dalam “kejahatan” jalan raya ini. Penumpang sering sekali menyetop angkot di lokasi yang seharusnya angkot tidak boleh berhenti di sana. Penumpangpun sering minta berhenti secara mendadak di tempat ramai, dan akan ngomel kalau angkot berhenti agak kejauhan dari tempat yang diinginkan.

Polisi. Polisi yang kecapean mengatur “bandel”nya para pengguna jalan. Ditambah oknum polisi yang mempersulit proses penilangan, sehingga hanya sedikit kendaraan yang bisa ditertibkan.

Juragan angkot. Juragan angkot meminta setoran yang tidak sebanding dengan jumlah angkot dan banyak penumpang. Jadilah perlombaan perburuan penumpang.

Pemilik kendaraaan pribadi. Pemilik kendaraan pribadi yang semakin banyak, membuat para supir angkot kekurangan penumpang.

Pemerintah. Pada akhirnya pemerintah juga kena. Fasilitas umum yang tidak nyaman, kendaraan umum dan fasilitas seperti halte. Izin membeli kendaraan yang terlalu mudah tidak sebanding dengan kapasitas jalan yang tersedia. Kurang tegas terhadap oknum kepolisian dan jasa angkutan.

Ya begitulah, mungkin subjektif, mungkin tidak. Yang pasti ternyata tidak semua keburukan yang terjadi murni kesalahan satu pihak saja. Dibutuhkan keinginan untuk menjadi lebih baik dari berbagai pihak, terutama diri sendiri. Harapan itu masih ada….

Apakah anda sudah menjadi bagian dari solusi? atau masih menjadi bagian dari masalah?