Posted in Islam, Lesson, My angle

Shaum Rajab ?

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS AtTaubah : 36)

 

Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram. Bulan yang dimuliakan. Puasa pada bulan-bulan haram itu maqbul (diterima) dan musthahab (disukai). Namun tidak ada aturan khusus untuk puasa Rajab. Apalagi berpuasa sebulan penuh. Hadits-hadits yang dipakai untuk puasa khusus Rajab umumnya palsu dan lemah. Rasulullah Saw tidak pernah berpuasa penuh sebulan kecuali di bulan Ramadlan, dan tidak berpuasa sunnah paling banyak kecuali di bulan Sya’ban.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan di bulan Rajab?

Masih banyak ibadah, khususnya shaum sunnah, yang bisa dilakukan yang mempunyai dasar lebih kuat.

 

1. Puasa Hari Senin dan Kamis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 “Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika ditampakkan amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, riwayat An-Nasa’i)

 

2. Puasa 3 hari setiap bulan qamariyah (13,14,15). 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

 “Kekasihku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan,  dua rakaat shalat dhuha, dan  shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim)

 

3. Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari (Puasa Dawud ‘alaihis salam)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.”(Muttafaqun ‘alaihi)

 

Wallahu’alam

Posted in Islam, Lesson, Re-Post

(Kaya) * (Mudah) + (Miskin) * (Susah) = Ujian ( Sabar + Syukur)


Khutbah Jum’at ini mengingatkan saya kembali tentang sabar dan syukur. Dari surat Al-Fajr ayat 15-16, bahwa pola pikir orang kafir adalah mengukur kemuliaan dan kehinaan berdasarkan materi yang dimilikinya. Manusia sering berfikir kalau hartanya banyak, berarti Tuhan memuliakannya, dan jika hartanya sedikit, berarti Tuhan menghinakannya. Padahal kekayaan, kemiskinan, kesulitan dan kemudahan, semuanya adalah ujian dari Allah Swt. Ujian apakah kita akan menghadapinya dengan sabar dan syukur, atau malah dengan sikap-sikap yang akan merugikan kita sendiri?

Berikut tafsir surat Al Fajr ayat 14-16 dari tafsir Fi Zhilalil Qur’an oleh Sayyid Quthb.

Pola pikir kafir: Mengukur Kemuliaan dan Kehinaan dengan materi

“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”. (Al Fajr: 14)

Dia melihat, menghitung, memperhitungkan dan akan memberi balasan, sesuai timbangan yang cermat dan tak pernah salah. Dia tidak pernah dan tidak akan berbuat aniaya. Dia tidak menghukumi sesuatu berdasarkan lahiriahnya, melainkan menurut hakikatnya. Sedangkan manusia, maka pertimbangannya sering keliru, dan ukurannya sering melenceng. Mereka hanya melihat fenomena lahiriah saja, tidak berhubungan dengan timbangan Allah,

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.” (al-Fajr: 15-16)

Demikianlah pandangan manusia terhadap ujian-ujian yang diberikan Allah yang berupa kelapangan dan kesempitan, kekayaan dan kemiskinan. Manusia diuji-Nya dengan kenikmatan dan kemuliaan, dengan harta kekayaan dan atau kedudukan. Akan tetapi, ia tidak mengerti kalau itu ujian, yang kelak akan dipertanggung jawabkan. Ia mengira bahwa rezeki dan kedudukan ini sebagai indikasi yang menunjukkan bahwa ia berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, dan sebagai pertanda bahwa Allah telah memilihnya. Lalu, ia beranggapan bahwa ujian itu sebagai balasan, dan ia mengukur kemuliaan di sisi Allah itu dengan diberikan-Nya kehidupan seperti ini.

Ada kalanya Allah menguji manusia dengan menyempitkan rezekinya. Lantas, ia mengira bahwa ujian semacam ini sebagai balasan dan dianggapnya sebagai hukuman. Ia memandang kesempitan rezeki itu sebagai indikasi kehinaan di sisi Allah. Karena, pikirnya, kalau Allah tidak menghinanya, tentu Dia tidak akan menyempitkan rezekinya.

Ternyata pola pikir dan pengukuran semacam ini adalah salah. Karena, kelapangan atau kesempitan rezeki itu hanyalah ujian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Apakah ia mensyukuri nikmat itu atau menyombongkan diri, bersabar atas ujian itu atau berkeluh kesah? Adapun balasannya nanti bergantung pada sikap yang dimunculkannya. Namun, diberikannya kekayaan dunia atau dihalanginya untuk mendapatkannya itu bukan balasan.

Nilai seseorang di sisi Allah tidak berhubungan dengan kekayaan dunia yang dimilikinya. Keridhaan atau kebencian Allah tidak ditunjuki oleh perolehan kekayaan atau keterhalangan mendapatkannya di dunia ini. Karena Dia memberi rezeki kepada orang yang saleh atau durhaka. Dia juga menghalanginya dari orang shaleh dan durhaka. Akan tetapi, di belakang semua itu, ada hal yang harus diperhatikan. Yaitu, bahwa Dia memberi rezeki adalah untuk menguji dan menghalangi (tidak memberi) itupun untuk menguji. Adapun yang perlu mendapatkan perhatian di sini adalah hasil ujian tersebut.

Hanya saja, ketika hati manusia kosong dari iman, maka ia tidak mengerti hikmah penghalangan dan pemberian itu, dan tidak mengerti hakikat nilai dalam timbangan Allah. Apabila hatinya penuh dengan iman, maka ia akan selalu berhubungan dengan Allah dan mengerti apa yang ada di sana. Sehingga, kekayaan dunia yang tak berharga ini terasa rendah nilainya menurut timbangannya. Ia sadar bahwa di belakang ujian ini akan ada balasan. Sehingga, ia akan tetap beramal saleh baik ketika mendapat kelapangan rezeki maupun ketika rezekinya sedang sempit. Hatinya merasa mantap terhadap qadar Allah dalam kedua keadaan itu. Tahu pulalah ia bahwa harga dirinya dalam timbangan Allah bukan dengan nilai-nilai lahiriah yang hampa ini.

Sumber: Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an, Sayyid Quthb

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Pencerahan dari “Sang Pencerah”

Setelah saya coba ambil hal-hal yang menarik dari film sang pencerah, ternyata jadi hampir 4 halaman word :D. So, buat yang “males” baca yang panjang-panjang, saya bikinkan ringkasannya di awal.

Film Sang Pencerah bercerita tentang perjalanan hidup KH Ahmad Dahlan menghadapi kondisi agama masyarakat yang sudah dipenuhi mistik dan syirik. Dari beliau lahir, mulai berfikir tentang keanehan budaya masyarakat, menuntut ilmu, sampai berusaha mengembalikan wibawa Islam di wilayahnya.

  1. Ilmu adalah kunci untuk meningkatkan derajat dan pengaruh kepada sekitar. Ahmad Dahlan dua kali ke Makkah sebelum berumur 30 tahun untuk menuntut ilmu, sebelum melakukan perubahan signifikan.
  2. Kelaparan dan kemiskinan akan melahirkan kebodohan yang menjauhkan diri dari kebenaran. Memberi makanan dan pendidikan kepada orang miskin dan masyarakat sekitar adalah prinsip “Al-Ma’un” yang dipegang teguh oleh Ahmad Dahlan dan murid-muridnya.
  3. Kesabaran menyampaikan, karena walaupun yang disampaikan adalah kebenaran tapi tidak diiringi kesabaran pada akhirnya akan sia-sia. Kesabaran dibilang kafir oleh orang-orang yang berfikiran sempit hanya karena menggunakan alat-alat yang belum bisa dibuat oleh Muslim, adalah salah satu bentuk kesabaran penting yang dicontohkan Ahmad Dahlan.
  4. Berfikiran terbuka dan mengambil ilmu dari manapun asalnya selama digunakan untuk kebaikan. Ilmu perpetaan untuk menentukan kiblat dan cara untuk mengajar yang lebih “logis” didapat oleh Ahmad Dahlan karena visinya untuk kebaikan dan kemajuan umat. Begitu juga dengan memakai fasilitas-fasilitas yang baru hanya bisa dibuat orang non muslim.
  5. “Memudahkan” agama karena memang Islam itu bukan untuk menyusahkan. Hal-hal mistis dan budaya-budaya yang berbau syirik, bid’ah dan menyusahkan, seperti sesajian, yasiinan, tumpengan pada 7 harian yangmeninggal, diluruskan perlahan-lahan supaya tidak merusak silaturrahim.
  6. Menghargai perbedaan dan teguh pendirian. Tidak memaksakan pendapat apalagi melecehkan orang-orang yang lebih tua dan dihormati, tapi tidak pula mengikuti hal-hal yang bertentangan dengan prinsip adalah hal yang sulit tapi merupakan dasar penting dalam menyampaikan kebaikan.
  7. Berserah pada Allah disaat sulit, dan pentingnya “teman” yang memahami dan selalu setia mendukung 😉 istri yang shalihah, murid-murid yang berbakti. Bahkan Rasulullah SAW pun membutuhkan Khadijah untuk menyelimuti beliau ketika menerima wahyu, dan membutuhkan Abu Bakar untuk menemani beliau hijrah.
  8. Butuhnya kebaikan dan Islam akan barisan shaf-shaf yang tersusun rapi dalam berjuang. Kebaikan yang tidak terorganisir akan mudah dikalahkan oleh keburukan yang terorganisir. Ahmad Dahlan bergabung dengan Boedi Oetomo dan beberapa organisasi lain sampai pada akhirnya mendirikan Muhammadiyah untuk mengkoordinir perjuangan dakwahnya.
  9. Jiwa besar pemimpin adalah kunci kedamaian umat. Masyarakat awam akan ikut pemimpinnya tanpa kadang-kadang mengerti benar apa yang diperjuangkannya. Oleh karena itu pemimpin harus bisa besar hati dan berfikkiran terbuka sebelum membuat keputusan yang bisa merugikan umat. Senang melihat bagaimana Penghulu Masjid Besar dengan besar hati mengakui kesalahannya dan akhirnya bersaing dengan fair, fashtabikhul khairat, denga Ahmad Dahlan. Teladan untuk pemimpin masa kini.

Mungkin masih banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dicontoh, jadi feel free untuk mengambil hikmah. Dibawah adalah ringkasan kecil film dan quote-quote menarik yang mudah-mudahan bisa membuka pikiran dan menginspirasi.

Sang Pencerah

Sebuah film sehat yang bisa membuka pikiran kita tentang kreatifitas dalam menyampaikan atau berdakwah. Yup, mungkin kalau dituangkan dalam satu kalimat, kalimat di atas bisa mewakili film Sang Pencerah.

Secara garis besar, film ini menceritakan perjuangan KH. Ahmad Dahlan sampai akhirnya mendirikan Muhammadiyah. Akting aktor dan aktris nya cukup baik. Lukman Sardi sangat baik menghayati perannya sebagai Ahmad Dahlan. Di dukung oleh aktor senior Slamet Rahardjo dan juga aktor gress Giring “Nidji”. Jalan cerita juga mengalir baik, konflik dan klimaks terasa. Tapi saya tidak akan membahas masalah ini terlalu banyak, selain karena saya memang bukan ahlinya 😀 , juga karena saya lebih tertarik pada hikmah dan pelajaran yang banyak sekali bisa didapatkan dari kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.

Latarnya mulai tahun 1868 di daerah Kauman Jogjakarta. Masyarakat pada saat itu tengah terpuruk, memposisikan sultan seperti dewa, politik tanam paksa Belanda yang menyebabkan kemiskinan, serta agama yang bergeser nilainya karena banyaknya tahayul dan upacara adat yang sudah melenceng dari Quran dan sunnah.

Pada umur 15 tahun, Muhammad Darwis (nama kecil Ahmad Dahlan), sudah kurang setuju dengan adat-adat yang menyimpang, sesajian dan tahayul. Ia malah mengambil makanan sesajian untuk dibagikan pada masyarakat miskin. Ia berdiskusi dengan bapaknya dan memprotes bahwa kebiasaan orang-orangn sudah tidak sesuai dengan sunnah. Bapaknya menjawab:

“Menghayati AlQuran dan sunnah Rasul itu pakai hati, bukan akal tok”.

“Kadang orang itu terpeleset bukan karena dia bodoh, tapi karena memakai akalnya saja”.

Darwis pun memutuskan berangkat ke Makkah, btw, beliau sudah fasih berbahasa Arab , wew. Di Makkah, Ahmad Dahlan muda bukan hanya berhaji, tapi juga sekaligus menuntut ilmu.

5 tahun kemudian Darwis pulang kampung. Setelah menuntut ilmu di Makkah, namanya diganti menjadi Ahmad Dahlan. Beliau menikah dengan Siti Walidah. “Harta yang paling berharga bagi laki-laki di dunia ini adalah, istri yang shalihah” pesan bapaknya (kata bang Rhoma juga :D).Ketika Bapak beliau meninggal, maka beliau lah yang mewarisi langgar kidul yang ditinggalkan bapaknya.

“Orang beragama adalah orang yang merasakan keindahan, tentram, damai, cerah. Karena hakikat agama itu seperti musik, mengayomi, menyelimuti. Agama, kalau kita tidak mempelajarinya dengan benar, itu akan membuat resah lingkungan kita dan jadi bahan tertawaan”.

Kejanggalan pertama yang beliau temui adalah kiblat. Kiblat masjid-masjid yang ada di Jogja ternyata hampir seluruhnya melenceng, ada yang menghadap ke barat, bahkan ada yang menghadap ke timur laut. Beliau menggunakan ilmu perpetaan yang beliau dapatkan ketika perjalanan ke Makkah. Tantangan utama yang beliau rasakan ternyata adalah sempitnya pemikiran ulama-ulama senior di sekitar beliau. Setelah susah payah meyakinkan mereka, pada akhirnya usul beliau dimentahkan karena beliau menggunakan peta yang notabene adalah buatan orang kafir. Menurut mereka, mengubah kiblat berdasarkan “petunjuk” orang kafir sama saja dengan kafir.

Beliau dan murid-muridnya tetap teguh di langgarnya dengan arah kiblat yang sebenarnya, bahkan saat menjadi makmum di masjid besar, mereka menghadap ke arah yang berbeda. Hal ini tentu saja membuat risih para pemuka agama yang merasa “kenyamanan” mereka selama ini terusik. Akhirnya mereka berbondong-bondong merobohkan Langgar Kidul milik Ahmad Dahlan.

Sempat putus asa dan hendak pergi meninggalkan daerah tersebut, Ahmad Dahlan akhirnya kembali membangun Langgar Kidul karena dukungan dari saudara dan murid-muridnya.

“Syekh muhammad Abduh: Agama islam tertutup bagi orang islam itu sendiri. Islam semakin jauh dari orang islam itu sendiri karena dipahami secara dangkal”.

Tapi karena kondisi Kauman yang belum kondusif, Sultan menyuruh dan membiayai Ahmad Dahlan untuk menuntut ilmu kembali ke Makkah pada tahun 1903 dengan harapan kondisi akan kembali mendingin.

Ketika kembali ke tanah air, Budi Utomo sudah mulai terbentuk dari kumpulan anak muda yang peduli pada pendidikan dan kesehatan, singkat cerita, karena cocok, Ahmad Dahlan pun bergabung dengan Dr Wahidin dan kawan-kawan.

Kaum bangsawan yang belajar di sekolah Belanda menganggap Islam sebagai agama mistis yang kuno. Ahmad Dahlan ingin merubah hal tersebut dan melamar untuk mengajar di sekolah Belanda. Tentu saja ini mengundang kontroversi lagi dan sampai dibilang kiyai kafir. Begitu juga muridnya, tapi dengan sabar Ahmad Dahlan memberikan pengertian, bahwa banyak sekali yang harus dipelajari ketika ingin mengajar, bukan hanya tentang isi plejarannya saja, tapi juga cara mengajarkannya.

“Kalau kamu mau belajar, kamu harus berprasangka baik.”

Keluarganya juga mempertanyakan hal ini, yang sempat membuat ia ragu dan patah semangat. Namun sang istri yang setia mendampingi, menyadarkan dan memberi semangat kembali.

“Aku sendiri tidak tahu, apakah yang aku lakukan itu benar.”

“Kalau kita tahu, kita tidak akan pernah belajar.”

 “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”(QS.Muhammad:7)

Ahmad Dahlan kemudian mendirikan madrasah ibtidaiyah diniyah Islam. Murid-muridnya diambil dari jalanan. Anak-anak yang kurang mampu, pengemis Kauman, dijemput ke jalan, dimandikan, diberi makan, kemudian diberi pendidikan.

Madrasah ini menggunakan meja, papan tulis dan bahkan biola (alat-alat yang masih dianggap buatan kafir dan yang memakainya berarti ikut kafir), yang tentu saja kembali meresahkan warga. Sampai suatu ketika, seorang kiyai besar mengunjunginya dari Magelang karena medengar ke-risih-an masyarakat.

K (Kiyai): Kenapa Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islam memakai peralatan orang kafir? Meja, papan tulis, biola. Ini semuanya dibuat oleh orang-orang kafir.

AD (Ahmad Dahlan): Maaf kiyai, boleh saya bertanya? Kiyai datang dari Magelang ke Kauman ini naik apa? Jalan kaki?

K: Saya tidak mau menyiksa tubuh saya dari Magelang ke Jogja jalan kaki.

AD: Kalau begitu naik apa Kiyai?

K: Ya naik kereta. Wong saya itu tidak bodoh. Hanya orang yang bodoh saja yang mau ke Jogja dari Magelang jalan kaki.

AD: Njih..njih..njih..Kalau begitu, hanya orang bodoh yang menyebut sekolah ini sekolah kafir.

K: Ha?

AD: Karena kereta api, perlengkapannya dibuat oleh orang kafir.

 

Pada akhirnya para kiyai mengajak Ahmad Dahlan untuk bertemu membahas metode “nyeleneh” yang dipakainya.

“Agama itu bukan rangkaian aturan2 yang bisa dipermudah atau dipersulit kang mas. Agama itu sebuah proses. Seperti udara pagi yang kita hirup secara perlahan-lahan ke tubuh kita, menyeegarkan hati dan pikiran kita. Bayangkan yang kita hirup itu angin puting beliung, tubuh kita bukan hanya hancur, tapi terhempas tak berdaya, terbawa arus tak tentu arah”.

“Apakah kita rela melihat umat kita lari dan menjauh dari agama, hanya karena kita salah memberikan pengertian?”

Setelah berusaha memahamkan para kiyai, Ahmad Dahlan mulai berfikir untuk membentuk sebuah perkumpulan sebagai bentuk nyata aktifitas sosial mereka. Melalui bantuan Budi Utomo, akhirnya lahirlah Muhammadiyah yang berarti pengikut Muhammad SAW.

“Kita itu boleh punya prinsip, asal jangan fanantik, karena fanatik itu ciri orang bodoh. Sebagai orang Islam, kita harus tunjukkan kalau kita bisa bekerja sama pada siapapun, asal, Lakum dinukum waliyadin. Agamamu agamamu, agamaku agamaku.”

Proses berdirinya Muhammadiyah juga tidak mudah. Persetujuan dari pemuka agama juga sulit didapat, bahkan sebagian salah sangka karena mengaggap Ahmad Dahlan ingin menjadi Residen. Residen dianggap akan memiliki kekuasaan melebihi pemuka agama setempat. Padahal sebenarnya Ahmad Dahlan hanya ingin menjadi Presiden Muhammadiyah J.

Bagian akhir film adalah bagian favorit saya. Ketika dua orang besar bertemu, bebesar hati dan saling mengakui kesalahan.  Ahmad Dahlan dan Cholil Kamaludiningrat, Penghulu Masjid Besar Kauman yang selama ini selalu bertentangan dengan Ahmad Dahlan.

“Kadang manusia lebih memilih melindungi kewibawaannnya, daripada bertanya untuk apa sebenarnya kewibawaan yang dia punya itu bagi dirinya”.

“Semuanya ini untuk membuat kita sadar, akan tugas kita di dunia ini,menjadi khalifah, pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain”.

“Ketika kita memimpin orang lain, kita lupa bertanya, apakah kita sudah mampu memimpin diri kita sendiri”.

“Kita lakukan tugas kita masing2, melindungi kewibawaan agama kita. Kebenaran hanya milik Allah. Manusia seperti kita hanya ikhtiar”.

Pada akhirnya mereka sepakat melakukan tugas besar mereka dengan cara masing. Tugas untuk melindungi kewibawaan agama Islam.

 

Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

@salimafillah #Write

@salimafillah #Write 18,19 Mei 2011

1. Menulis adalah mengikat jejak pemahaman. Akal kita sebagai kurniaNya, begitu agung dayanya menampung sedemikian banyak data-data.

2. Tapi kita kadang kesulitan memanggil apa yang telah tersimpan lama; ilmu dahulu itu berkeliaran & bersembunyi di jalur rumit otak.

3. Maka menulis adalah menyusun kata kunci tuk buka khazanah akal; sekata tuk sealinea, sekalimat tuk se-bab, separagraf tuk sekitab.

4. Demikianlah kita fahami kalimat indah Asy Syafi’i; ilmu adalah binatang buruan, & pena yang menuliskan adalah tali pengikatnya.

5. Menulis juga jalan merekam jejak pemahaman; kita lalui usia dengan memohon ditambah ilmu & dikaruniai pengertian; adakah kemajuan?

6. Itu bisa kita tahu jika kita rekam sang ilmu dalam lembaran; kita bisa melihat perkembangannya hari demi hari, bulan demi bulan.

7. Jika tulisan kita 3 bulan lalu telah bisa kita tertawai; maka terbaca adanya kemajuan. Jika masih terkagum juga; itu menyedihkan.

8. Lebih lanjut; menulis adalah mengujikan pemahaman kepada khalayak; yang dari berbagai sisi bisa memberi penyeksamaan & penilaian.

9. Kita memang membaca buku, menyimak kajian, hadir dalam seminar & sarasehan; tapi kebenaran pemahaman kita belum tentu terjaminkan.

10. Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan, membetulkan kekeliruan.

11. Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas tambahan pengertian; kian bening, kian luas, kian dalam, kian tajam.

12. Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui batas-batas waktu & ruang. Ia tak dipupus usia, tak terhalang jarak.

13. Adagium Latin itu tak terlalu salah; Verba Volant, Scripta Manent. Yang terucap kan lenyap tak berjejak, yang tertulis mengabadi.

14. Tapi bagi kita, makna keabadian karya bukan hanya soal masyhurnya nama; ia tentang pewarisan nilai; kemaslahatan atau kerusakan.

15. Andaikan benar bahwa Il Principe yang dipersembahkan Niccolo Machiavelli pada Cesare de Borgia itu jadi kawan tidur para tiran…

16. ..seperti terisyu tentang Napoleon, Hitler, & Stalin; akankah dia bertanggungjawab atas berbagai kezhaliman nan terilham bukunya?

17. Sebab bukan hanya pahala yang bersifat ‘jariyah’; melainkan ada juga dosa yang terus mengalir. Menjadi penulis adalah pertaruhan.

18. Mungkin tak separah Il Principe; tapi tiap kata yang mengalir dari jemari ini juga berpeluang menjadi keburukan berrantai-rantai.

19. Dan bahagialah bakda pengingat; huruf bisa menjelma dzarrah kebajikan; percikan ilhamnya tak putus mencahaya sampai kiamat tiba.

20. Lalu terkejutlah para penulis kebenaran, kelak ketika catatan amal diserahkan, “Ya Rabbi, bagaimana bisa pahalaku sebanyak ini?”

21. Moga kelak dijawabNya, “Ya, amalmu sedikit, dosamu berbukit; tapi inilah pahala tak putus dari ilham kebajikan nan kau tebarkan.”

22. Tulisan sahih & mushlih; jadi jaring yang melintas segala batas; menjerat pahala orang terilham tanpa mengurangi si bersangkutan.

23. Menulis juga bagian dari tugas iman; sebab makhluq pertama ialah pena, ilmu pertama ialah bahasa, & ayat pertama berbunyi “Baca!”

24. Tersebut di HR Ahmad & ditegaskan Ibn Taimiyah dalam Fatawa, “Makhluq pertama yang diciptaNya ialah pena, lalu Dia berfirman…

25. ..”Tulislah!” Tanya Pena; “Apa yang kutulis, Rabbi?” Kata Allah; “Tulis segala ketentuan yang Kutakdirkan bagi semua makhluqKu.”

26. Adapun ilmu yang diajarkan pada Adam & membuatnya unggul atas malaikat nan lalu bersujud adalah bahasa; kosa kata. (QS 2: 31)

27. Dan “Baca!”; wahyu pertama. Bangsa Arab nan mengukur kecerdasan dari kuatnya hafalan hingga memandang rendah tulis-baca <Sebab

28. ..menulis -kata mereka- ialah alat bantu bagi yang hafalannya di bawah rata-rata>, tiba-tiba meloncat ke ufuk, jadi guru semesta.

29. Muhammad hadir bukan dengan mu’jizat yang membelalakkan; dia datang dengan kata-kata yang menukik-menghunjam, disebut ‘Bacaan’.

30. Maka Islam menjelma peradaban Ilmiah, dengan pena sebagai pilarnya; wawasan tertebar mengantar kemaslahatan ke seantero bumi.

31. Semoga Allah berkahi tiap kata yang mengalir dari ujung jemari kita; sungguh, buku dapat menggugah jiwa manusia & mengubah dunia

32. Bagaimana sebuah tulisan bisa mengilhami; tak tersia, tak jadi tragika, & tak menjatuhkan penulisnya dalam gelimang kemalangan?

33. Saya mencermati setidaknya ada 3 kekuatan yang harus dimiliki seorang penulis menggugah; Daya Ketuk, Daya Isi, & Daya Memahamkan.

34. Daya Ketuk ini paling berat dibahas; yang mericau ini pun masih jauh & terus belajar. Ia masalah hati; terkait niat & keikhlasan.

35. Pertama, marilah jawab ini: 1) Mengapa saya harus menulis? 2) Mengapa ia harus ditulis? 3) Mengapa harus saya yang menuliskannya?

36. Seberapa kuat makna jawaban kita atas ke-3 tanya ini, menentukan seberapa besar daya tahan kita melewati aneka tantangan menulis.

37. Alasan kuat tentang diri, tema, & akibat dunia-akhirat jika tak ditulis; akan menggairahkan, menggerakkan, membakar, menekunkan.

38. Keterlibatan hati & jiwa dengan niat menyala itulah yang mengantarkan tulisan ke hati pembaca; mengetuk, menyentuh, menggerakkan.

39. Tetapi; tak cukup hanya hati bergairah & semangat menyala saja jika yang kita kehendaki adalah keinsyafan suci di hati pembaca.

40. Menulis memerlukan kata yang agung & berat itu; IKHLAS. Kemurnian. Harap & takut hanya padaNya. Cinta kebenaran di atas segala.

41. Allah gambarkan keikhlasan sejati bagai susu; terancam kotoran & darah, tapi terupayakan; murni, bergizi, memberi tenaga suci…

42. …dan mudah diasup, nyaman ditelan, lancar dicerna oleh peminum-peminumnya, menjadi daya untuk bertaat & bertaqwa (QS 16: 66)

43. Maka menjadi penulis yang ikhlas sungguh payah & tak mudah, ada goda kotoran & darah, kekayaan & kemasyhuran, riya’ & sum’ah.

44. Jika ia berhasil dilampaui; jadilah tulisan, ucapan & perbuatan sang penulis bergizi, memberi arti, mudah dicerna jadi amal suci.

45. Sebaliknya; penulis tak ikhlas itu; tulisannya bagai susu dicampur kotoran & darah, racun & limbah; lalu disajikan pada pembaca.

46. Ya Rabbi; ampuni bengkoknya niat di hati, ampuni bocornya syahwat itu & ini, di tiap kali kami gerakkan jemari menulis & berbagi.

47. Sebab susu tak murni, tulisan tak ikhlas, memungkinkan 2 hal: a) pembaca muak, mual, & muntah bahkan saat baru mengamati awalnya.

48. Atau lebih parah: b) pembaca begitu rakus melahap tulisan kita; tapi yang tumbuh di tubuhnya justru penyakit-penyakit berbahaya.

49. Menulis berkeikhlasan, menabur benih kemurnian; agar Allah tumbuhkan di hati pembaca pohon ketaqwaan. Itulah daya ketuk sejati.

50. Daya sentuh, daya ketuk, daya sapa di hati pembaca; bukan didapat dari wudhu’ & shalat yang dilakukan semata niat menoreh kata..

51. …Ia ada ketika kegiatan menghubungkan diri dengan Dzat Maha Perkasa, semuanya, bukan rekayasa, tapi telah menyatu dengan jiwa..

52. …lalu menulis itu sekedar 1 dari berbagai pancaran cahaya yang kemilau dari jiwanya; menggenapi semua keshalihan nan mengemuka.

54. Setelah Daya Ketuk, penulis harus ber-Daya Isi. Mengetuk tanpa mengisi membuat pembaca ternganga, tapi lalu bingung berbuat apa.

55. Daya Ketuk membuat pembaca terinsyaf & tergugah; tapi jika isi yang kemudian dilahap cacat, timpang, rusak; jadilah masalah baru.

56. Daya Isi adalah soal ilmu. Mahfuzhat Arab itu sungguh benar; “Fakidusy Syai’, Laa Yu’thi: yang tak punya, takkan bisa memberi.”

57. Menjadi penulis adalah menempuh jalan ilmu & berbagi; membaca ayat-ayat tertulis; menjala hikmah-hikmah tertebar. Tanpa henti.

58. Ia menyimak apa yang difirmankan Tuhannya, mencermati yang memancar dari hidup RasulNya; & membawakan makna ke alam tinggalnya.

59. Dia fahami ilmu tanpa mendikotomi; tapi tetap tahu di mana menempatkan yang mutlak terhadap yang nisbi; mencerahkan akal & hati.

60. Penulis sejati memiliki rujukan yang kuat, tetapi bukan tukang kutip. Segala yang disajikan telah melalui proses internalisasi. #Write

61. Penulis sejati kokoh berdalil bukan hanya atas yang tampak pada teks; tapi disertai kefahaman latar belakang & kedalaman tafsir. #Write

62. Dengan proses internalisasi; semua data & telaah yang disajikan jadi matang & lezat dikunyah; pembacanya mengasup ramuan bergizi. #Write

63. Sebab konon ‘tak ada yang baru di bawah matahari’; tugas penulis sebenarnya memang cuma meramu hal-hal lama agar segar kembali. #Write

64. Atau mengungkap hal-hal yang sudah ada, tapi belum luas dikenali. Diperlukan ketekunan untuk melihat 1 masalah dari banyak sisi. #Write

65. Atau mengingatkan kembali hal-hal yang sesungguhnya telah luas difahami; agar jiwa-jiwa yang baik tergerak kuat untuk bertindak. #Write

66. Maka dia suka menghubungkan titik temu aneka ilmu dengan pemaknaan segar & baru, dengan tetap berpegang kaidah sahih & tertentu. #Write

67. Dia hubungkan makna nan kaya; fikih & tarikh; dalil & kisah; teks & konteks; fakta & sastra; penelitian ilmiah & sisi insaniyah. #Write

68. Dia menularkan jalan ilmu untuk tak henti menggali; tulisannya tak membuat orang mengangguk berdiam diri; tapi kian haus mencari. #Write

69. Ia bawakan pemaknaan penuh warna; beda bagi masing2 pembaca; beda bagi pembaca sama di saat lainnya. Membaru, mengilhami selalu. #Write

70. Maka karyanya melahirkan karya; syarah & penjelasan, catatan tepi & catatan kaki, juga sisi lain pembahasan, & bahkan bantahan. #Write

71. Seorang penulis menggugah memulai Daya Memahamkan-nya dengan 1 pengakuan jujur; dia bukanlah yang terpandai di antara manusia. #Write

72. Sang penulis sejati juga memahami; banyak di antara pembacanya yang jauh lebih berilmu & berwawasan dibandingkan dirinya sendiri. #Write

73. Maka dalam hati, dia mencegah munculnya rasa lebih dibanding pembaca: “Aku tahu. Kamu tidak tahu. Maka bacalah agar kuberitahu.” #Write

74. Setiap tulisan & buku yang disusun dengan sikap jiwa penulis “Aku tahu! Kamu tak tahu!” pasti berat & membuat penat saat dibaca. #Write

75. Kadang senioritas atau lebih tingginya jenjang pendidikan tak tersengaja lahirkan sikap jiwa itu. Sang penulis merasa lebih tahu. #Write

76. Mungkin itu yang menjelaskan; mengapa beberapa textbook perkuliahan tak ramah dibaca:) Penulisnya Prof., pembacanya lulusan SMA. #Write

77. Sikap jiwa kepenulisan harus diubah; dari “Aku tahu! Kamu tak tahu!” menjadi suatu rasa nan lebih adil, haus ilmu, & rendah hati. #Write

78. Penulis sejati ukirkan semboyan, “Hanya sedikit ini yang kutahu, kutulis ia untukmu, maka berbagilah denganku apa yang kau tahu.” #Write

79. Penulis sejati sama sekali tak berniat mengajari. Dia cuma berbagi; menunjukkan kebodohannya pada pembaca agar mereka mengoreksi. #Write

80. Penulis sejati berhasrat tuk diluruskan kebengkokannya, ditunjukkan kelirunya, diluaskan pemahamannya, dilengkapi kekurangannya. #Write

81. Penulis sejati jadikan dirinya seakan murid yang mengajukan hasil karangan pada guru; berribu pembaca menjelma guru berjuta ilmu. #Write

82. Inilah yang jadikan tulisan akrab & lezat disantap; pertama-tama sebab penulisnya adil menilai pembaca, haus ilmu, & rendah hati. #Write

83. Pada sikap sebaliknya, kita akan menemukan tulisan yang berribu kali membuat berkerut dahi, tapi pembacanya tak kunjung memahami. #Write

84. Lebih parahnya; keinginan untuk tampil lebih pandai & tampak berilmu di mata pembaca sering membuat akal macet & jemari terhenti. #Write

85. Jika lolos tertulis; ianya jadi kegenitan intelektual; inginnya dianggap cerdas dengan banyak istilah yang justru membuat mual. #Write

86. Kesantunan Allah jadi pelajaran buat kita. RasulNya menegaskan surga itu tak terbayangkan. Tapi dalam firmanNya, Dia menjelaskan. #Write

87. Dia gambarkan surga dalam paparan yang mudah dicerna akal manusia; taman hijau, sungai mengalir, naungan rindang, buahan dekat.. #Write

88. ..duduk bertelekan di atas dipan, dipakaikan sutra halus & tebal, pelayan hilir mudik siap sedia, bidadari cantik bermata jeli.. #Write

89. Allah Maha Tahu, tak bersombong dengan ilmu; Dia kenalkan diriNya bukan sebagai Ilah awal-awal, melainkan Rabb nan lebih dikenal. #Write

90. Penulis sejati hayati pesan Nabi; bicaralah pada kaum sesuai kadar pemahamannya, bicaralah dengan bahasa yang dimengerti mereka. #Write

91. Penulis sejati mengerti; dalam keterbatasan ilmu nan dimiliki, tugasnya menyederhanakan yang pelik, bukan merumitkan yang sahaja. #Write

92. Itupun tidak dalam rangka mengajari; tapi berbagi. Dia haus tuk menjala umpan balik dari pembaca; kritik, koreksi, & tambah data. #Write

93. Penulis sejati juga tahu; yang paling berhak mengamalkan isi anggitannya adalah dirinya sendiri. Daya Memahamkan berhulu di sini. #Write

94. Sebab seringkali kegagalan penulis memahamkan pembaca disebabkan diapun tak memahami apa yang ditulisnya itu dalam amal nyata. #Write

95. Begitulah Daya Memahamkan; dimulai dengan sikap jiwa yang adil, haus ilmu, & rendah hati terhadap pembaca kita, lalu dikuatkan.. #Write

96. ..dengan tekad bulat tuk menjadi orang pertama nan mengamalkan tulisan, & berbagi pada pembaca dengan hangat, akrab, penuh cinta. #Write

97. Kali ini, tercukup sekian ya Shalih(in+at) bincang #Write. Maafkan tak melangkah ke hal teknis, sebab banyak nan lebih ahli tentangnya:)

98. Kita lalu tahu; menulis bukanlah profesi tunggal & mandiri. Ia lekat pada kesejatian hidup sang mukmin; tebar cahaya pada dunia. #Write

99. Maka menulis hanya salah satu konsekuensi sekaligus sarana bagi si mukmin tuk menguatkan iman, ‘amal shalih, & saling menasehati. #Write

100. Jika ada ‘amal lain yang lebih kuat dampaknya dalam ketiga perkara itu; maka kita tak boleh ragu: tinggalkan menulis menujunya:) #Write

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Perbuatan menguatkan kata berlipat ganda

Ketika seseorang ingin menyampaikan kebaikan, tentu saja ia harus (berusaha) mempunyai kelebihan kebaikan tentang yang dia sampaikan dibanding si penerima. Memang tidak selalu harus “punya” seluruhnya terlebih dahulu sebelum menyampaikan, karena kadang perjalanan adalah tempat belajar yang baik. Tapi menyampaikan hal yang sudah diterapkan terlebih dahulu akan membuat apapun yang disampaikan menjadi lebih “kuat”.

Contoh yang “kurang kuat” 😀

Jika seorang ingin mengajarkan tentang kesabaran, tentu saja ia harus mempunyai, atau paling tidak sedang berusaha meningkatkan kesabaran terlebih dahulu, minimal kesabaran dalam menyampaikan dan memahamkan si penerima tadi.

“Kang, saya susah sekali untuk sabar. Gimana sih caranya kang?”

“Ya harus dicoba”

“Udah kang, tapi tetap tidak bisa”

“Makanya dicoba terus!” (mulai emosi)

“Berat kang, kayanya saya ga bisa deh”

“Iya, kamu sih. Belum dicoba udah kaya gitu, ya ga mungkin bisa!” (mukanya belipet sambil setengah berteriak)

“Kalo akang dah bisa sabar?”

“Kalo saya sih udah dari dulu sabar”.(bangga)

“Ooo, jadi kalo sabar muka kita jadi belipet kayak jeruk purut ya kang?”

“ (-_-‘) “

Contoh “kurang kuat” lain, jika kita ingin mengajarkan tentang keikhlasan, maka secara tidak langsung, kita dituntut untuk ikhlas, terutama saat menyampaikan pengajaran tadi.

“Ikhlas itu berat ya kang?”

“Memang harus dilatih sih, insyaAllah akan terbiasa”

“Gimana ngelatihnya kang?”

“Ya harus dilakukan terus-menerus”

“Kalo akang dah bisa ikhlas?”

“Ya, kalo saya sih dah sering ikhlas. Saya ga minta apa-apa ketika saya ngebantuin teman kemaren beli motor. Saya juga pas ada kegiatan kemaren, kerja sendiri aja, ikhlas aja. Padahal semua pada nyantai, tapi tetap saya ikhlas aja. Kemaren saya juga shadaqah 100 ribu, Ga ada yang tau. Soalnya saya ikhlas sih”.

“O.. gitu ya kang?” (-_-‘)

Ya begitulah, ketika seseorang ingin berbuat kebaikan di posisi pemberi, maka mau tidak mau ia harus (berusaha) mempunyai kemampuan untuk berbuat lebih. Ketika ingin mengajarkan keikhlasan, maka harus berusaha ikhlas dulu. Ketika ingin menyebarkan aroma kesabaran, tentu saja ia harus menumbuhkan bibit kesabaran dulu di dalam relung hatinya.

Beraaat sih, saya juga masih berusaha belajar menguatkan. Semoga Allah memudahkan usaha kita.

Wallahu’alam

Posted in Muhasabah, My angle

Takut….

Bayangkan jika shadaqahmu  tak diridlai karena kau ingin diangap dermawan

Bayangkan jika shalatmu tak diterima karena  kau ingin disangka alim

Bayangkan jika shaummu tak dianggap karena kau merasa paling mulia

Bayangkan jika tenaga yang kau curahkan untuk amal diacuhkan karena kau riya

Bayangkan jika segala pengorbananmu bagaikan buih di lautan, banyak tapi tak ada bobot

Bayangkan jika amal-amalmu bagaikan asap, meninggi tapi tak berharga

Bayangkan jika semua kebaikanmu tidak bernilai pahala di mata-Nya, karena kau beribadah untuk selain-Nya

Astaghfirullaahal’adziim, Astaghfirullaahal’adziim, Astaghfirullaahal’adziim

Luruskan niat selalu, jangan sia-siakan amalmu.

Innashalaati wanusuki wamahyaayaa wamamaati lillaahirabil’aalamiin

Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

Low Profile-nya bunda Yoyoh Yusroh

Bismillah

Saya tidak kenal beliau sebelum mendapat berita ini. “Kepulangan” beliau ternyata meninggalkan bekas yang luar biasa pada orang-orang yang telah beliau “sentuh”. Akhirnya saya berselancar di internet untuk mencari informasi tentang beliau. Kisah-kisah tentang beliau yang saya baca di internet membuat saya terkagum-kagum. Ternyata, ke-lowprofile-an seseorang, tidak membuat amalan-amalannya “lowprofile” juga.

Ini bukan tentang golongan atau kelompok tertentu, tapi ini tentang seseorang yang berjuang demi kebaikan dan sangat layak dijadikan contoh bagi muslimah, istri, ibu dan ummat secara keseluruhan.

Cerita tentang beliau sudah banyak sekali di internet. Berikut sebagian dari twitter @ridlwanjogja dan @salimafillah tentang bunda Yoyoh Yusroh. Insya Allah cukup menyentuh dan mengingatkan kembali tujuan-tujuan kita. Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fu’anha. Selamat jalan bunda.

 

Sumber 1

Figur Ibu Yoyoh Yusroh

Anggota legislatif Komisi I dari fraksi PKS, Ibu Yoyoh Yusroh, meninggal dunia dini hari tadi (21/5) dalam perjalanan Yogyakarta-Jakarta usai menghadiri wisuda anaknya di UGM.

Untuk lebih mengenal figur politisi perempuan PKS ini, mari simak tuturan@ridlwanjogja berikut.

  • Ijinkan saya berbagi kekaguman pada figur Ibunda Yoyoh Yusroh yg syahid tadi pagi. Moga putranda @bangumar diberi keikhlasankesabaran #Bunda
  • 1.Saya menemui bu Yoyoh di kampus IIQ, Ciputat untuk buat profil beliau. “Jam 7 pagi tepat ya, saya jam 8 mengajar” ujar #Bunda saat janjian
  • 2. Kampus masih sepi. Hanya #Bunda dan seorang staf yang sudah datang.”Sudah sarapan belum” sapa beliau ramah.
  • 3.Belum lagi dimulai wawancara, #Bunda sudah menebak : “ini terkait bu Diana yang mau nikah dengan ustad Dayat bukan ? “ lalu tersenyum.
  • 4. Bu Yoyoh adalah guru mengaji ibu Diana A Thalib istri Hidayat NW. Beliau yang “mengenalkan” Diana dengan Hidayat. #Bunda
  • 5. Di lingkungan PKS, #Bunda memang dikenal sebagai konsultan ahli pernikahan. Bukan teori tapi karena prakteknya yang hebat.
  • 6. #Bunda menikah dengan ustad Budi Darmawan, dikaruniai 13 anak, 9 putra, 4 perempuan.
  • 7. Penerima penghargaan International Muslim Women Union 2003 itu menganggap semua anaknya istimewa #Bunda
  • 8. Putra sulungnya lahir pada 20 Desember 1985. Diberi nama Ahmad Umar Al Faruq. @bangumar. Yang paling bungsu sekarang umur 8 tahun. #Bunda
  • 9. Anak kedua A Izza Jundana, kuliah di International University, Sarajevo,Bosnia.@aizzajundana #Bunda
  • 10. Putri ketiga, Asmah Karimah, kuliah di Fakultas Pertanian UGM. Kabarnya beliau wafat usai datang ke wisuda mbak Asmah ini. #Bunda
  • 11. Putra keempat, Huda Robbani lahir Oktober 1990. Mas Huda ini jago renang#Bunda
  • 12. Putra kelima, Shalahuddin Al Ayubi, Seperti nama panglima Islam.. Dia lahir 13 April 1992.#Bunda
  • 13. Putra keenam sampai kedelapan menimba ilmu di pesantren. Masing-masing Jakfar Athoyar (lahir Maret 1993) di Gontor.#Bunda
  • 14. Salma Salimah lahir April 1994, nyantri di Ponpes Assyifa, Subang Jawa Barat.#Bunda
  • 14. Lalu, Muhammad Ayyasy lahir 13 April 1996 di Ponpes Al Hikmah. “Alhamdulillah, Ayyasy ini sudah hafal Quran 30 juz,”kata #Bunda
  • 16. Putra kesembilan Walid Ghazin, lahir Juli 1997. Putra kesepuluh Adil Gholib lahir September 1998.#Bunda
  • 17. Putra kesebelas Abdulah Aminuddin, lahir 16 Januari 2000. Putri kedua belas Helma Hamimah lahir Juli 2001.#Bunda
  • 18. “Si bungsu Rahma itu juga sudah bisa mandiri, tidak manja,” kata Yoyoh. Rahma Rahimah, putri ragilnya lahir Januari 2003.#Bunda
  • 19. Apa tidak repot mengurusi banyak anak? Yoyoh tersenyum. “Alhamdulillah banyak anak justru meringankan kita” #Bunda
  • 20. Yoyoh mengakui, dengan aktivitasnya yang padat, intensitas fisik menemani anak-anaknya tidak maksimal.#Bunda
  • 21. Tapi, yang penting sejak kecil tanamkan kesadaran berprestasi,” ujar #Bunda. Dengan begitu anak mandiri.
  • 22. Yoyoh juga selalu berbagi peran dengan sang suami. Budi Dharmawan usianya lebih tua satu tahun dari Yoyoh (lahir 17 April 1961).#Bunda
  • 23. Budi juga sangat dikenal di kalangan kader PKS. Dia termasuk salah seorang pencetus kata “Sejahtera” saat PKS ganti nama #Bunda
  • 24. “Dalam membina rumah tangga, yang penting prinsipnya saling memberi.#Bunda
  • 25. “ Tidak ada yang superordinat atau subordinat antara laki-laki dan wanita. Sejak awal menikah komitmen itu harus ada,” ujar #Bunda
  • 26.Laki dan wanita punya keistimewaan. Pria sering berpikir rasional dan analitis. Sedangkan perempuan condong menggunakan perasaan.#Bunda
  • 27. “Misalnya anaknya menangis tengah malam. Bapak capek dan besok harus kerja pagi. Maka bapak akan bilang jangan nangis ! ayo tidur.#Bunda
  • 28. Anak tidak diam, justru nangisnya lebih keras,” ujar pendiri organisasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) itu.#Bunda
  • 29. Sebaliknya, kaum ibu gunakan hati. “Anak diangkat dari ranjang. Dipeluk, dibelai, dicium, tak lama biasanya tidur lagi,” kata #Bunda
  • 30. Istilahnya, kalau ibu bisa menggendong anak dua jam, bapak biasanya tak betah lebih dari dua menit,” ujar Yoyoh lantas tersenyum.#Bunda
  • 31. Anggota Majelis Pertimbangan Partai PKS itu mengaku prihatin dengan maraknya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga. #Bunda
  • 32. Untungnya, itu delik aduan,bukan delik umum. Kalau delik umum, siapa saja yang lihat dan dengar pertengkaran bisa lapor ke polisi.#Bunda
  • 33. Kalau itu terjadi, bisa ada perceraian masal di Indonesia,” kata Yoyoh.#Bunda.
  • 34.Dg kondisi perempuan seperti itu, Yoyoh rindu perubahan. Selain aktif di DPR, Yoyoh rajin turun langsung ke daerah-daerah #Bunda.
  • 35. Sebagai prajurit partai, saya siap ditugaskan di mana pun,” kata Yoyoh. Nadanya kali ini tegas. Stafnya bilang Yoyoh kerja 19 jam #Bunda
  • 36. Anggota Dewan Pakar ICMI itu optimistis peran perempuan dalam kancah politik Indonesia semakin diperhitungkan.#Bunda
  • 37. Kalau ada sentuhan wanita, insya Allah politik jadi lebih indah, lebih santun, lebih damai kata Yoyoh .#Bunda
  • 38. Seperti masjid jika diurusi oleh ibu-ibu, akan lebih wangi, harum dan bersih,” kata Yoyoh.#Bunda
  • 39. Tadi pagi, jam 3.30 #Bunda tersenyum
  • 40. Ruhnya dicabut malaikat dengan perantaraan kecelakaan. Sugeng tindak#Bunda, doa kami terhatur. Selamat menikmati Jannatul Firdaus …
  • 42. #Bunda Yoyoh bersama seluruh keluarga, 13 putra-putri.http://twitpic.com/50axug
  • 43.Selain menteri2, jenderal dan artis, ribuan orang datang takziah ke komplek DPR kalibata, sebagian besar mengajak anak-anak mereka #Bunda
  • 44.Saat jenazah dibawa masuk ke masjid, sontak semua jamaah menangis tergugu. Beberapa meneriakkan takbir, disambut dengan tercekat.#Bunda
  • 45.Jenazah dipanggul dengan diiringi tahlil, Lailahailallah, tangis makin keras.#Bunda
  • 46. Shaf salat jenazah dipepetkan. Rapat sekali,satu orang dempet dengan yang lain.#Bunda
  • 47.Karena begitu banyaknya pelayat, masjid tak cukup. Sebagian menggelar koran di halaman. Shalat jenazah 2 shif.#Bunda
  • 48. Sambutan keluarga diwakili KH Hilmi Aminuddin. Terbata-bata. Sembab. Ini saya kutipkan petikannya.#Bunda
  • 49.“Saya dapat ucapan takziah dari seluruh dunia” ujar Hilmi. Dari jalur Gaza, mujahidin Palestina semua berdoa utk almarhumah. #Bunda
  • 50.“Kehilangan Yoyoh adalah kehilangan bagi dakwah internasional. Pasukan perdamaian TNI di Darfur Sudan juga kirim takziah. #Bunda
  • 51. Yoyoh menjadi anggota dewan 3 periode sejak 99. Pernah di komisi pendidikan, agama, terakhir di komisi 1 militer dan intrnasonal. #Bunda
  • 52.Yoyoh berhasil membawa bantuan masy Indonesia ke jalur Gaza. Membantu buat rumah sakit di Gaza dan lobi perdamaian Sudan #Bunda
  • 53. Hilmi menjadi sentimental ketika cerita perkenalannya dg Yoyoh . Bedrulang-ulang usap airmata. #Bunda
  • 54. “Saya kenal sejak pertengahan 80-an, saat beliau masih mahasiswi IAIN Ciputat” kata Hilmi #Bunda
  • 55. Tak hanya mendengarkan ceramah, Yoyoh komitmen untuk ikut dalam gerakan dakwah. Dia tak hanya mendengar tapi berbuat. #Bunda
  • 56. “Ketika sy dipenjara Soeharto Orba 2 tahun, dia sabar terus dakwah. Keluar penjara, saya dilapori perkembangan dakwah. #Bunda
  • 57.”Suatu saat Yoyoh bilang , ustad saya diminta menikah oleh ortu. Tolong carikan calon” #Bunda
  • 58.”Saya cari yang siap nikah sesama aktivis dakwah. Terserah ustad.” #Bunda
  • 59. Majulah Budi Darmawan. Saat lapor ortu di Bandung, bahkan tak tahu nama lengkapnya. Siapa calonmu ? Yoyoh.Saya belum prnah ktemu. #Bunda
  • 60. Restu ortu hadir. Dua mhsw itu dinikahkn. Hilmi melamarkan ke rumah ayah Yoyoh, KH Abdus Somad di Tangerang #Bunda
  • 61.Menurut Hilmi, sejak tahun 84 itu hingga kemarin, Yoyoh tak pernah mengeluh sedikitpun menerima amanah. #Bunda
  • 62.Ketika ditugaskan ke luar negeri juga tak ribut cari uang saku. Bahkan nombok. Tak risau tinggalkan keluarga. #Bunda
  • 63. Saat hadiri acara wisuda @bangumar sampai akhirnya kecelakaan, juga bukan mobil negara. Tak mau dibiayai tiket pesawat.#Bunda
  • 64. Hilmi : 13 putra-i nya semua salih dan shalihah. Paduan sejati antara wanita karir dan ibu rumah tangga. juga istri berbakti #Bunda
  • 65. Posisi di DPR hanya wasilah dakwah. Sarana dakwah. Tak menonjol tapi amanah. Semua lpj keuangan rapi. Semua tgs komisi selesai. #Bunda
  • 66. Dua hari sebelum wafat, Yoyoh kirim sms pada seorang sahabat beliau yang tadi dibacakan di depan majelis. #Bunda
  • 67. Isinya: “Aku sdg memikirkan tempatku di akhirat kelak,…” #Bunda
  • 68. “Mungkinkah aku brdampingan dg Khadijah ummul mukminin, atau Aisyah yang hafal 3500 hadits #Bunda
  • 69. Atau Ummu Sulaim yang sabar, atau Asma’ yg pandai menyiapkan kendaraan perang suami dan menyemangati putranya utk jihad #Bunda
  •  70. Ya rabb, tolong beri kekuatan agar bs berbincang dg mereka kelak di taman firdaus. Ini sms #Bunda Yoyoh 48 jam sblm wafat
  • 71. Usai sms itu dibacakan semua jamaah menangis, dan mengamini doa #Bunda
  • 72.Jenazah lalu dibawa dengan iringan mobil ke Tangerang. Ada 30-an mobil yang mengiringi di belakang mobil jenazah #Bunda
  • 73. Ini ada beberapa foto suasana penyambutan jenazah di Kalibata
  • Primus dan beberapa aktivis sprti Bambang Widjojayanto datanghttp://yfrog.com/gyenimgj
  • Suasana saat jenazah dibawa ke depan jamaah. Banyak yg menangis.http://twitpic.com/50hhxl
  • Hilmi Aminuddin beri sambutan wakili keluarga http://yfrog.com/hss8jwsj
  • saking banyaknya perlayat, meluber di luar masjid. salat jenazah 2 shifthttp://twitpic.com/50hkc0
  • Inilah mobil yg bawa #BundaYoyoh ke pemakaman. Moga kt bs ambil hikmah.http://yfrog.com/h717064414j

Sumber 2 dari Twit @salimafillah #Bunda #Yoyoh

1. Hanya berkesempatan beberapa kali jumpa #Bunda #Yoyoh, saya selalu berada dalam perasaan antara takjub & malu. Satu saat, sebelum suatu..

2. ..acara di mana #Bunda #Yoyoh & P’ Budi Dharmawan menjadi pembicara serta saya sebagai moderatornya; di belakang panggung tersaksikan..

3. ..suami-isteri itu bergandengtangan, saling bertatap sambil tersenyum, & saling menyimak-ulang hafalan Al Quran! MasyaaLlh.

4. Saya bertanya, berapa Juz masing-masing mereka membaca Al Quran seharinya? Kata #Bunda #Yoyoh, “Sangat kurang dibanding apa yang harus..

5. …kami penuhi selayaknya. Hanya 3 Juz.” Saya: “Bukannya P’ Budi & #Bunda #Yoyoh sibuk sekali, bagaimana bisa menyempatkan sebanyak itu?”

6. “Justru karena sibuk & banyak hadapi aneka persoalan serta begitu beragam manusia, maka HARUS memperbanyak Al Quran”, kata #Bunda #Yoyoh

7. Saya juga ingat, P’ Budi kalau memanggil #Bunda #Yoyoh, “Istriku, Cintaku, Kasihku, Sayangku, Yoyoh yang Shalihah!”, pun di forum itu.

8. Saya bertanya, bagaimana kiat mendidik 13 putra dengan kesibukan seperti #Bunda #Yoyoh? Jawab beliau; “Mereka milik Allah, kami hanya…

9. …dititipi. Kami selalu mohon bantuan Pemiliknya untuk menjaga mereka, mendoakan kebaikan di manapun berada. Selebihnya…

10. ..seperti dalam QS An Nisaa’ ayat 9, cara membesarkan anak adalah dengan mewujudkan taqwa dalam ‘amal & jujur dalam kata.”

11. #Bunda #Yoyoh sangat perhatian pada penjagaan kualitas generasi. Pada Ibu & calon Ibu beliau sering ingatkan itu, sampai soal makannya.

12. “Jaga asupan gizi, jangan sampai Allah menghardik kita jika generasi kebangkitan Islam lemah sebab Ibunya sembarang makan!-

Posted in Hikam, Lesson, My angle

Tokoh utama memang harus “lebih”

Tokoh utama dalam sebuah cerita, novel, komik, manga, anime atau film, pasti dituntut untuk bisa berbuat lebih dibanding musuhnya, atau tokoh antagonis nya.

Jika tokoh jahat bisa berbuat sesuka hatinya, tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan si tokoh utama, ia harus memikirkan akibat dari hal-hal yang akan ia lakukan, selain brusaha mengalahkan tokoh jahat. Si jagoan juga berusaha sebisa mungkin supaya tidak ada korban yang jatuh, bahkan jagoan yang sebenarnya juga berusaha agar si tokoh antagonisnya tidak tewas dan sadar kembali kepada kebaikan.

Jadi jelas bahwa seorang tokoh utama harus mempunyai kemampuan yang jauh di atas lawan-lawannya disebabkan oleh tanggung jawabnya yang begitu besar.

Ayo kita analogikan dengan amal…

Ketika ada seseorang ingin menyebarkan kebaikan, suatu saat ia pasti akan bertemu dengan orang-orang yang memusuhinya, orang-orang yang tidak menyukainya. Orang-orang itu akan menggunakan segala cara untuk merusak penyebaran kebaikan tersebut. Maka, si penyebar kebaikan tentu saja harus bisa menyikapi hal tersebut dengan cara yang baik dan elegan. Membalas dengan kebaikan, karena, jika si baik membalas dengan cara yang sama dengan yang digunakan oleh musuh, cara yang buruk, terus, apa bedanya dia dengan orang-orang yang memusuhinya?

Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

Khutbah Jumat 20052011

Khutbah Jumat 20052011

Ustadz : KH. Saeful Islam Mubarok

Masjid Pusdai Bandung

عن حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman berkata:” manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku”. Saya berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu dimasa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini adalagi keburukan”. Rasul SAW menjawab:”Ya”. Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasul SAW menjawab:”Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?”. Rasul menjawab:” Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari”. Saya berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?”. Rasul SAW menjawab:” Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melamparkannya ke dalam neraka”. Saya berkata:” Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?”. Rasul SAW menjawab:” (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”. Saya berkata:” Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasul SAW bersabda:” Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”. Saya berkata:” Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasul menjawab:” tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim)

Sekarang sudah banyak golongan-golongan yang diisi oleh orang berilmu, tapi memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan duniawi.

4 golongan orang

  1. Berilmu dan semangat beramal
  2. Berilmu tapi tidak semangat beramal
  3. Semangat beramal tapi tidak berilmu
  4. Tidak berilmu dan tidak semangat beramal

Sering terjadi ketika golongan 2 memanfaatkan golongan 3 karena semangat mereka yang kadang buta. Ilmunya digunakan untuk menyesatkan pemahaman orang-orang yang semangat beramal.

Oleh sebab itu, berhati-hatilah, kritis, berpikiran terbuka, dan selalu berpegang pada sumber yang terjamin kebenarannya, Quran dan sunnah.

Khutbah kedua

3 golongan orang yang sepertinya akan masuk syurga, tapi ternyata langsung dilempar Allah ke neraka di hari perhitungan, setelah diperlihatkan niat mereka yang sesungguhnya.

  1. Orang yang mati syahid tapi ternyata niat berperangnya karena hal duniawi.
  2. Orang yang mencari ilmu dan menyebarkan tapi niatnya untuk dikenal dan dihormati
  3. Orang yang kaya dan dermawan tapi niatnya untuk disebut sbg dermawan

Marilah kita berhati-hati dengan niat kita. Selalu evaluasi dan luruskan niat dalam setiap aktifitas kita.

*Khutbah diambil intinya dan diceritakan ulang dengan bahasa penulis.

Posted in Hikam, Lesson, Re-Post

KulTwit @Salim A. Fillah: Belajar dari Cina



1. Adalah sebuah kisah dalam Azwaajul Khulafaa’ karya Raji Kinas yang mula-mula membuat saya bersemangat mengumpulkan pustaka tentang #Cina.

2. Ceritanya tentang Abu Ja’far Al Manshur, sang pembangun Baghdad. Inilah Raja dalam Islam yang amat drastis sukarnya ditemui rakyat.

3. Tentu itu terkait dengan bagaimana ‘Abbasiyah menegakkan kekuasaan lewat pertumpahan darah, tata-kota Baghdad, & pribadi Sang Raja.

4. Yang pertama telah banyak diulas Tarikh tepercaya. Yang kedua; tersebut dalam Tarikh, tinggi benteng terluar Baghdad mencapai 40 m.

5. Benteng Baghdad melingkar berjejari 20 mil. Lebar bagian atas bisa dilewati 3 kereta perang berjajar. Di dalamnya ada 3 lapis lagi.

6. Baghdad di zaman Abu Ja’far ini kota terbesar di dunia berpenduduk +/- 3 juta jiwa. Terbesar ke-2? Chang-an, ibukota Dinasti Tang,

7. Tentang pribadi Abu Ja’far Al Manshur sendiri, mari kita cukupkan ringkasan kisah yang dibawakan Imam Malik RhmhuLlah berikut ini.

8. “Pada suatu musim haji, aku dipanggil paksa menghadap Al Manshur”, ujar beliau, “Bersama Abu Hanifah & Ibn Thawus Al Yamani.”

9. “Al Manshur menyuruh kami bicara satu per satu”, lanjut Malik. Dalam kisah itu beliau sebutkan kalimat masing-masing nan panjang.

10. Intinya; beliau & Abu Hanifah bicara secara umum & datar-datar sebab rasa takut akan kebengisan Al Manshur. Tapi Ibn Thawus beda.

11. Nyaris memerinci kejahatan & kezhaliman Al Manshur, Ibn Thawus memberikan nasehat & peringatan yang amat gamblang & keras padanya.

12. Nah, perhatikan ungkapan Imam Malik ini; “Saat Ibn Thawus bicara, aku & Abu Hanifah bergeser sambil merapat-rapikan pakaian kami.”

13. Mengapa? “Karena”, ujar Imam Malik, “KAMI KHAWATIR KECIPRATAN DARAHNYA!” Nah, ini gambaran tentang watak Al Manshur yang dahsyat.

14. Kata Malik, “Tapi Allah menjaga Ibn Thawus, justru Al Manshur gemetar oleh nasehatnya. Aku jadi semakin hormat pada Ibnu Thawus.”

15. Nah, kisah yang saya maksud dalam Azwaajul Khulafaa’ adalah tentang seorang Arab Badui pengembara yang dihadapkan pada Al Manshur.

16. Lelaki ini diminta Al Manshur untuk mengisahkan perjalanannya ke berbagai negeri, demi menyimpulkan “Tiada yang semegah Baghdad.”

17. Lelaki ini -seperti umumnya Badui yang polos- blak-blakan bahwa Baghdad memang megah, tapi angker, & rajanya sulit ditemui rakyat.

18. Sementara dia cerita tentang ibukota #Cina, mungkin maksudnya Chang-an; kotanya tertata rapi & Kaisarnya sudah tua, namun bijaksana.

19. Si Badui dengan semangat bercerita bahwa ketika makin tua, Kaisar mulai kehilangan daya dengarnya. Dia mulai tuli. Dia bersedih.

20. Para menteri & penasehat menghibur. “Apapun yang terjadi, Yang Mulia tetap Kaisar kami nan bijak, mohon Baginda jangan bersedih.”

21. “Aku sedih bukan ratapi diriku”, ujar Kaisar, “Aku penuh sesal sebab kini tak lagi bisa dengarkan secara langsung keluhan rakyat!”

22. Sejak itu, Sang Kaisar yang rajin bertandu mengelilingi negeri ini memutuskan untuk tak memegang pemerintahan secara langsung.

23. Dia mengangkat menteri kepala (Chen Xiang) yang diberi keleluasaan menjalankan pemerintahan namun berada di bawah pengawasannya.

24. Menteri Kepala dipilih secara meritokratis melalui ujian yang diselenggarakan bertingkat; dari distrik, provinsi, hingga nasional.

25. Demikianpun berjenjang ke bawah; para menteri, para gubernur, bupati, & hakim wilayah diangkat berdasar peringkat dalam ujiannya.

26. Lalu apa yang dikerjakan sang Kaisar? Dia makin rajin mengelilingi negeri untuk mendengarkan keluhan rakyat & menyemangati mereka.

27. Sebab pendengarannya lemah, Kaisar menitahkan agar tiap yang ingin mengadu mengenakan pakaian merah & menyiapkan aduan tertulis.

28. Atas titahnya, tim khusus kekaisaran akan menindaklanjuti tiap aduan sesuai tingkat pengambil kebijakan; dari desa hingga pusat.

29. Kaisar menyampaikan pidato nan menyemangati rakyat, memberkati mereka di tempat-tempat peribadatan, mendorong kerja keras & bakti.

30. Apa yang dilakukan sang Kaisar ini menginspirasi rakyat, membuat pemerintahan tertata, & membawa kejayaan bagi Dinasti Tang.

31. Nah, simpul si Badui pada Al Manshur, Amirul Mukminin tentu lebih berhak melakukan semua hal indah itu daripada sang Kaisar #Cina itu.

*)sumber: http://twitter.com/salimafillah