Posted in Slow Down!!

Sudahkah kau sambut tanganNya?

Kisah hikmah yang sudah sering diceritakan orang, tapi tetap bermakna….

Alkisah ada seorang nelayan yang sangat taat beribadah. Ia mempunyai keyakinan yang sangat besar akan pertolongan Tuhan karena ibadah-ibadahnya.

Suatu ketika ia pergi melaut untuk mencari ikan. Setelah sampai di tengah lautan, datanglah badai dan ombak yang benar-benar luar biasa besarnya. Si nelayan tidak takut sama sekali, karena ia yakin Tuhannya akan menolongnya.

Datanglah sebuah kapal besar mendekat. Sang nahkoda kapal tersebut menawarkan pertolongan, “Naiklah ke kapalku, supaya kau selamat dari badai ini!”. Namun si nelayan tidak mau menerima tawaran itu, “Tidak usah, kau duluan saja, aku yakin Tuhan akan menolongku”. Kapal kedua dan ketiga juga datang menawarkan bantuan, tapi si nelayan tetap menolak pertolongan mereka dengan jawaban yang sama. Badaipun semakin ganas, dan akhirnya si nelayan tewas diterjang ombak.

Di alam “sana” ia bertemu dengan Tuhan, dan dengan penasaran ia bertanya, “Tuhan, aku selalu beribadah kepadaMu. PerintahMu kuturuti, dan laranganMu kujauhi, tapi kenapa Kau tidak menolongku ketika aku dalam kesulitan?” Tuhan menjawab, “Aku sebenarnya sudah menolongmu dengan mengirimkan 3 buah kapal besar, tapi engkau tidak menerima pertolonganKu”.

Posted in Muhasabah, Re-Post

Aku Rindu Zaman Itu

Aku Rindu Dengan Zaman Itu

Aku rindu zaman ketika “halaqoh” adalah kebutuhan,

bukan sekedar sambilan apalagi hiburan

Aku rindu zaman ketika “membina” adalah kewajiban,

bukan pilihan apalagi beban dan paksaan

Aku rindu zaman ketika “dauroh” menjadi kebiasaan,

bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan

Aku rindu zaman ketika “tsiqoh” menjadi kekuatan,

bukan keraguan apalagi kecurigaan

Aku rindu zaman ketika “tarbiyah” adalah pengorbanan,

bukan tuntutan dan hujatan

Aku rindu zaman ketika “nasihat” menjadi kesenangan,

bukan su’udzon atau menjatuhkan

Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk da’wah ini

Aku rindu zaman ketika “nasyid ghuroba” menjadi lagu kebangsaan

Aku rindu zaman ketika hadir di “liqo” adalah kerinduan, dan terlambat

adalah kelalaian

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh

dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh dawah di desa sebelah

Aku rindu zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur’an terjemahan ditambah sedikit hafalan

Aku rindu zaman ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo

Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya

Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya

Aku rindu zaman itu,

Aku rindu…

Ya ALLAH,

Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati kami

Jangan Kau jadikan hidup ini hanya berjalan di tempat yang sama

[Rahmat Abdullah]

Posted in My angle

Obama dan toleransi?

30 menit pidato Obama yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia menghasilkan beberapa pelajaran, terutama untuk saya pribadi.

Barrack Hussain Obama, bagaimanapun juga harus diakui, adalah seorang politikus dan negarawan handal yang mempunyai kemampuan berpidato luar biasa.
Pidato-pidatonya begitu menggugah, memberi harapan, menyalurkan semangat, dan menarik untuk disimak. Obama cukup pintar menyelipkan kalimat dalam bahasa Indonesia dalam pidatonya dan membuat penonton bertepuktangan. Tapi pertanyaannya, apakah penonton mengerti apa yang disampaikannya dalam bahasa Inggris? Sebahagian besar sepertinya mangerti, karena masyarakat kita sudah pintar-pintar.

😀
Obama memang punya arti lebih untuk masyarakat dunia. Bahwa Obama adalah presiden kulit hitam pertama di negara adidaya yang (masih) diragukan kesetaraan hak dan toleransinya. Pun punya arti khusus untuk masyarakat Indonesia karena riwayat hidupnya yang pernah mengecap udara Jakarta sewaktu kecil.
Obama memberi harapan baru untuk dunia Islam ketika terpilih menjadi presiden. Salah satunya harapan akan adanya sikap kondusif di wilayah-wilayah konflik. Namun sepertinya kita masih harus menunggu harapan itu terwujud.
Orang-orang “besar” memang mempunyai kata-kata yang bisa mempengaruhi orang-orang banyak. Padahal mungkin saja kata-kata yang sama sering kita dengar dari orang yang tidak “sebesar” Obama. Tapi, ketika seorang berpengaruh yang mengucapkannya, dampaknya akan luas dan besar.

Hal-hal di atas mungkin sebagian dari hal positif yang bisa kita ambil dari Obama. Tapi kalau kita menggali sedikit, sebenarnya ada contoh-contoh yang lebih afdhal. Bagaimana Rasulullah memberi semangat sahabat-sahabatnya ketika perang dan sebaliknya, bahkan sahabat beliau pun memberi beliau semangat dan kemantapan hati ketika menghadapi tantangan-tantangan.

Kembali ke pidato Obama, salah satu yang ditekankan olehnya adalah, Indonesia harus menjadi contoh penegakkan toleransi dan pluralisme. “Bhineka Tunggal Ika” adalah kata-kata yang beberapa kali disebut Obama dalam pidatonya. “Walaupun berbeda tapi tetap satu” memang sudah terkenal di Indonesia yang mempunyai kekayaan perbedaan yang luar biasa.

Namun ada hal yang mungkin harus diluruskan mengenai pluralisme dan toleransi. Obama menyinggung tentang saling mengunjungi rumah ibadah, arsitek masjid Istiqlal yang seorang nasrani dan bahkan Obama langsung “praktek” dengan mengucapkan salam pada pembukaan dan penutupan pidatonya.

Kita sudah sama-sama hapal ayat terakhir dari surat alkafirun, yang artinya “Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”. Ayat ini menegaskan bahwa dalam hal aqidah, tidak ada ruang kompromi. Oleh karena itu umat Islam (kita) harus mengevaluasi bentuk toleransi kita.

Menjawab salam dari non muslim sebaiknya hanya dijawab dengan ucapan “wa’alaikum” seperti yang dicontohkan rasulullah saw. Menghadiri acara-acara keagamaan atau mengunjungi rumah ibadah non muslim belum tentu merupakan toleransi.

Toleransi adalah menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Kadang kita terlalu dangkal memahami makna toleransi, menganggap mengucapkan selamat pada hari besar non muslim adalah keharusan dalam toleransi dan orang-orang yang tidak melakukannya berarti tidak mempunyai rasa toleransi. Orang-orang yang tidak datang ke acara hari besar temannya yang beragama lain adalah orang-orang yang tidak menghargai pluralisme. Padahal bentuk toleransi yang lebih besar maknanya sangat sering dilakukan oleh umat Islam di Indonesia.

Banyak sekali umat muslim yang menghargai tetangganya yang non muslim, dokter-dokter muslim yang tanpa pilih kasih merawat pasien non muslim, dan yang paling gress, coba kita perhatikan para relawan yang terjun langsung ke daerah-daerah yang terkena bencana akhir-akhir ini. Wasior, Mentawai, Merapi. Betapa banyaknya relawan muslim yang membantu tanpa pandang bulu. Apakah itu tidak cukup menjadi bukti toleransi yang lebih nyata dan lebih besar maknanya?

Yah, walaupun masih punya banyak kekurangan, Indonesia memang masih layak jadi contoh penerapan toleransi.

Kembali ke presiden Obama, sebagai presiden negara adidaya. Tindakan lebih konkret dan besar, memang masih ditunggu. Terutama kepada Israel yang sering kali “dibiarkan”, Afghanistan yang masih bergolak, Irak yang tak kunjung damai, Iran yang dianak-tirikan, dan sebagainya. Sekalipun pidato-pidatonya luar biasa, rakyat amerika juga sedang menunggu realisasi dari janji-janji Obama yang tak kunjung datang. Amerika serikat sendiri pun masih belajar bertoleransi. Walaupun Obama sudah menyetujui pembangunan masjid di ground zero, tempat terjadinya peristiwa 9/11, tapi tetap saja masih banyak rakyat Amerika, yang belum bisa membedakan teroris dan Islam, menentang hal tersebut.

Mungkin tidak ada salahnya berharap, selama kita objektif, tidak mendewakan, tidak pula apatis 100%.Karena kerukunan antar umat beragama sudah dicontohkan Rasulullah saw sejak dulu.Proporsional sesuai aqidah kita.Sementara kita berharap, mari sekalian meningkatkan diri. Pemimpin masa depan adalah pemuda-pemuda saat ini yang selalu meningkatkan kualitas dirinya. Semoga lahir kepemimpinan Islam yang menjaga kedamaian dunia.
wallahu’alam

Posted in My angle

Pahlawan

Dulu

Ada orang-orang yang berkorban

Harta, pikiran, jiwa

Memperjuangkan sesuatu yang diyakininya
Perbedaan tak menghalanginya

Kekurangan tak menyurutkannya

Ketakutan tak meruntuhkannya

Tidak dikenal tak memundurkannya

Karena ia punya visi

Karena dia punya cita-cita

Karena mereka punya mimpi

Sekarang

Mereka masih terlihat

Berubah wujud

Berbeda tampilan
Ayah kepada keluarganya

Ibu terhadap anak-anaknya

Anak yang berbakti

Tukang sapu jalanan

Guru sekolah terpencil

Pemuda peduli negara

Pemadam kebakaran tak takut mati

Siswa juara olimpiade

Olahragawan pengharum bangsa

Relawan kemanusiaan

PNS yang takut korupsi

Ilmuwan pensejahtera

Konglomerat dermawan

Da’i pengajak dan pengingat

Pemimpin yang adil

HambaNya yang ingin lurus

Masih banyak…
Mereka menyelip

Kadang tampak

Sekali tersembunyi

Tapi ada

Tetap ada

Karena mereka yakin

Ada sesuatu di akhir jalan

Dan itu layak diperjuangkan

Terimakasih pahlawan